Parangtritis adalah desa di kecamatan Kretek, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.
Parangtritis merupakan objek wisata yang cukup terkenal di Yogyakarta
selain objek pantai lainnya seperti Samas, Baron, Kukup, Krakal dan
Glagah. Parangtritis mempunyai keunikan pemandangan yang tidak terdapat
pada objek wisata lainnya yaitu selain ombak yang besar juga adanya
gunung-gunung pasir di sekitar pantai, yang biasa disebut gumuk. Objek
wisata ini sudah dikelola oleh pihak Pemkab Bantul dengan cukup baik,
mulai dari fasilitas penginapan maupun pasar yang menjajakan souvenir
khas Parangtritis.
Di Parangtritis ada juga ATV, kereta kuda & kuda yang dapat
disewa untuk menyusuri pantai dari timur ke barat. Selain itu
Parangtritis juga merupakan tempat untuk olahraga udara.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Parangtritis,_Kretek,_Bantul
"Senja romantis berbalut mitos"
Parangtritis
merupakan pantai paling populer di Yogyakarta. Ada dua hal yang membuat
Parangtritis ramai dibicarakan: pemandangan matahari terbenamnya yang
romantis di kala senja dan mitos Nyai Rara Kidul. Banyak orang percaya
Pantai Parangtritis adalah gerbang kerajaan gaib Nyai Rara Kidul yang
menguasai laut selatan. Selain itu Parangtritis juga dikenal dengan
ombak besar dan bukit-bukit pasirnya, atau biasa disebut gumuk. Pada
musim kemarau biasanya angin bertiup lebih kencang, dan ombaknya
rata-rata setinggi dua sampai tiga meter. Sebagai kawasan wisata,
Parangtritis dikelola dengan cukup baik oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Bantul. Mulai dari fasilitas penginapan sampai pasar yang menjajakan
souvernir khas tersedia di Parangtritis.
Pantai ini hanya 27 km dari Kota Jogja.
Untuk mencapai Parangtritis, anda dapat menggunakan mobil pribadi atau
angkutan umum, yaitu bus kota. Untuk yang memilih angkutan umum, anda
dapat naik dari terminal Umbulharjo. Ada dua pilihan rute: melalui
Imogiri-Siluk atau Kretek. Jika anda ingin memanjakan mata selama
perjalanan pilihlah rute Imogiri-Siluk. Melalui rute Imogiri-Siluk, anda
akan melewati pemakaman keluarga kerajaan dan disuguhi pemandangan
bukit kapur yang indah dan unik. Tapi jika anda ingin cepat sampai ke
Parangtritis, pilihlah rute Kretek.
Hanya dengan biaya masuk Rp. 3.000,- ada
banyak hal yang bisa dilakukan di Parangtritis. Melihat matahari
terbenam adalah salah satu yang paling diminati. Oleh sebab itu, saat
terbaik pergi ke Parangtritis adalah saat menjelang senja. Remang
romantis senja Parangtritis juga seringkali dimanfaatkan pasangan calon
mempelai sebagai latar foto pranikah. Tersedia pula jasa bendi yang akan
mengantar anda menyusuri permukaan pasir mulus Parangtritis. Kalau anda
lebih suka naik kudanya langsung, anda juga bisa mendatangi jasa
penyewaan kuda.
Permainan layang-layang juga dapat
dijadikan pilihan jika ingin lebih mendapatkan suasana santai. Angin
Parangtritis yang kencang dapat membantu anda menerbangkan
layang-layang. Bahkan pemula yang tak pernah bermain layang-layang pun
akan menerbangkan layang-layangnya dengan mudah dengan bantuan angin
Parangtritis. Wajar saja jika Parangtritis sering dijadikan lokasi
festival layang-layang. Untuk yang berjiwa petualang, ATV (All Terrain
Vehicle) patut dicoba. Dengan ATV, anda dapat menaklukkan bukit-bukit
pasir di sepanjang pantai. Biaya sewa ATV sekitar Rp. 50.000,- sampai
dengan Rp100.000,- per setengah jam.
Karena kebuasan ombaknya, pengunjung
Parangtritis tidak direkomendasikan untuk berenang. Namun di pinggir
pantai tersedia fasilitas pemandian umum. Diantaranya adalah pemandian
Parang Wedang yang airnya konon dapat mengobati berbagai penyakit kulit.
Ini karena air di pemandian tersebut mengandung belerang.
Kuatnya mitos Nyai Rara Kidul juga
menciptakan eksotisme tersendiri di Parangtritis. Upacara-upacara
seringkali digelar untuk menghormati Nyai Rara Kidul. Oleh Kraton
Yogyakarta, Parangtritis dijadikan tempat upacara Labuhan. Hampir setiap
malam Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon, para nelayan setempat dan
pengunjung melakukan upacara ritual di Parangtritis. Acara ritual
diwarnai pelarungan sesajen dan kembang warna-warni ke laut. Puncaknya
terjadi pada malam 1 Suro, dan dua sampai tiga hari setelah hari raya
Idul Fitri dan Idul Adha.
Simber :
http://kotajogja.com/wisata/index/7
0 komentar:
Posting Komentar